SOAL
1.
Jelaskan
syarat-syarat buku teks yang baik!
2.
Bagaimana pendapat
Anda tentang kelemahan dan kelebihan buku teks pada mata pelajaran bahasa
Indonesia SD kelas tinggi?
3.
Jelaskan
metode-metode pembelajaran MMP!
4.
Jelaskan contoh atau
model pembelajaran bahasa Indonesia dengan salah satu dari ketiga fokus di
bawah ini:
a.
Kebahasaan
b.
Kemampuan Berbahasa
c.
Kesastraan
5.
Jelaskan tujuan
pembelajaran membaca di kelas rendah dan tinggi!
JAWABAN
1.
Dalam
pembelajaran mata pelajaran apapun tidak dapat berjalan dengan lancer tanpa
adanya buku teks, sebab pada hakikatnya fungsi buku teks adalah memperlancar
proses belajar mengajar, tetapi hal ini tidak berarti bahwa guru harus
menggantungkan diri sepenuhnya pada keberadaan buku teks. Seandainya belum
ada/tidak ada buku teks, guru harus dapat mencari bahan pembelajaran itu di
luar buku teks, bilamana perlu dia dapat Menyusun bukuteks sendiri untuk
kepentingan pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu diperlukan pengetahuan
tentang penyusunan buku teks. Adapun syarat-syarat/prinsip dasar penyusunan
buku teks menurut W. F. Mackey (dalam Hanafi, 1981) adalah sebagai
berikut:
a.
Seleksi
Dalam seleksi
yang perlu dipertimbangkan adalah hal-hal berikut :
1.
Tujuan pengajaran
bahasa. level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu belajar.
2.
Tipe bahasa yang akan
diajarkan yang meliputi dialek, register,style, dan media.
3.
Jumlah materi yang
akan disajikan
4.
Pilihan butir-butir
yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata bahasa, kosa kata dan makna kata.
5.
Kriteria yang dipakai
melandasi pilihan.
b.
Gradasi Bahan
Pelajaran
Gradasi bahan
pelajaran mempersoalkan tataan yang di pandang paling baik untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah
dipilih atau diseleksi.
Gradasi ini
tampak seperti berikut :
1.
Pengelompokan yang
mencakup (1) pengelompokan yang berdasarkan sistem, yaitu
pengelompokan fonetis, gramatikal, leksikal, dan (2) pengelompokan bunti-bunyi bahasa menjadi
kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat, kalimat menjadi konteks.
2.
Pengurutan atau
sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan sistem di satu pihak dan
berdasarkan struktur di pihak lain.
c.
Presentasi Bahan
Mengomunikasikan
bahan ajar kepada siswa yakni :
1.
Penahapan bahan ajar
baik jumlah maupun satuan-satanya.
2.
Pendemonstrasian
bahan pelajaran yang mungkin secara lisan ataukah secara tertulis.
3.
Prosedur yang
ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri dari ragam-ragam prosedur,
yaitu eksplanasi, translasi, otentik, atau peragaan ( dengan benda, gerak, atau
situasi), gambar, dan konteks.
d.
Repetisi Bahan Ajar
Berhubungan
dengan hal-hal yang patut dikerjakan guru dalam mengajar dan siswa dalam
keterampilanya menyimak berbicara membaca dan menulis .
Menurut
Tarigan (1986) dalam menyusun buku tek menggunakan dua patokan.
1.
Bersifat umum, yang
berlaku bagi setiap buku teks, bersumber dari kurikulum.
2.
Bersifat khusus yang
berlaku bagi buku teks tertentu saja misalnya buku teks matematika, Biologi,
dan bahasa Indonesia bersumber dari karakteristik setiap mata pelajaran.
Menurut Imam
Machfuds dan Solchan (1995)
Menyusun
naskah buku pelajaran memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :
1.
Ketentuan Umum
Pertama,
naskah hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu (1) bagian
awal naskah (halaman judul, kata pengantar, daftar tabel, atau
daftar lampira, (2) bagian isi naskah, dan (3) bagian akhir naskah
(daftar pustaka dan jika ada lampiran,
indeks). Kedua, naskah yang ditulis
harus asli dan belum pernah diterbitkan.
Asli artinya bahwa uraian dan susunan
kalimat dalam menyajikan naskah
merupakan hasil formulasi penulis sendiri.
2.
Ketentuan Khusus
yaitu meliputi, (1) Keamanan nasional, (2) isi buku teks, (3) cara penyajian,
(4) penggunaan bahasa, dan (5)
ilustrasi.
2.
Menurut saya,
kelebihan dan kekurangan buku teks Bahasa Indonesia di kelas tinggi
terletak pada variasi dari konten materi yang terdapat di dalamnya dimana sudah
terdapat konten-konten yang tidak monoton pada konsep belajar membaca semata
namun sudah ke ranah memahami dan lebih condong masuk ke dalam materi sastra.
Kelemahan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi terletak pada kondisi
siswa yang belum mampu menerima materi Bahasa Indonesia yang sudah terpadukan
dengan konsep kesusastraan. Dengan kata lain siswa tersebut masih belum
menguasai konsep belajar pada kelas rendah sehingga kesulitan memahami isi
materi Bahasa Indonesia kelas tinggi.
Namun demikian
jika dikaji dan dirincikan kelebihan dan kekurangan dari buku teks pada umumnya
dapat disajikan sebagai berikut:
Adapun kelebihan buku
teks antara lain sebagai berikut:
a.
Gaya bahasa yang mudah dimengerti
b.
Penampilan cover maupun isi buku menarik
c.
Kertas yang digunakan buku adalah kertas yang
berkualitas baik.
d.
Isi buku mengandung hal yang bermanfaat bagi
pembaca
e.
Terdapat gambar yang jelas untuk dilihat (bila
ada)
Berikut adalah
kekurangan buku teks antara lain sebagai berikut:
a.
Dibatasi Kurikulum disusun berdasarkan peraturan
yang berlaku.
b.
Keterbatasan Penerbit Rerata buku umum dicetak
hanya berkisar 3000an. Namun, buku teks dapat dicetak di atas 10.000 buku
c.
kurang cermatnya menggunakan kaidah penulisan
kalimat. Terkadang, pada bab lain sudah benar tetapi pada lain bab kesalahan
tersebut terjadi.
d.
Kesalahan pengetikan juga terdapat dalam buku
teks ini. Tanda baca-tanda baca kecil sering terlupakan dalam penulisannya
3.
Metode
pembelajaran MMP (Membaca, Menulis, Permulaan) yaitu, sebuah metode yang
disajikan kepada siswa tingkat permulaan Sekolah Dasar. Tujuannya adalah
membinakan dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf
dengan bunyi-bunyi Bahasa yang diwakilinya, membina Gerakan mata membaca dari
kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana. Adapun metode-metode
yang digunakan bervariasi diantaranya adalah metode Eja, Bunyi, Suku Kata,
Global, dan SAS (Struktur Analitik Sintetik).
Menurut
(Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan
sebagai berikut :
a.
Metode Eja
Pembelajaran
MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf
secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai
dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan
seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan
ini diikuti dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan
seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah
melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba
(dibaca be. a → ba )
d, u → du (
dibaca de, u → du )
ba-du
dilafalkan Badu
b, u, k, u
menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku
(dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
Proses ini
sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf
lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa
suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata ”badu” tadi. Selanjutnya, murid
diminta menulis seperti: ba - du → badu.
Proses
pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh
perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi
kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan kumunikatif,
dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk
pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal
yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid
menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
Kelemahan yang
mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad
dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian
huruf yang berupa suku kata atau kata.
b.
Metode suku kata dan
metode kata
Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti
ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku
dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata
bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat
berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar
MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
Kegiatan
tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian
bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari
kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.
Proses
pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian
dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.
c.
Metode Global
Metode Global
artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali
pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar
yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat
membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh
dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
o Memperkenalkan
gambar dan kalimat
o Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata.
Contoh: Kata
menjadi huruf-huruf
Ini mama
in i ma m a
i-ni ma- ma
i–n–i m-a – m-a
d.
Metode Structural
Analisis Sintesis (SAS)
Merupakan
salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi siswa
pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua
tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal
ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak.
Akan lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari
pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan
belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan
pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses
penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS
meliputi:
o Kalimat
menjadi kata-kata
o Kata
menjadi suku-suku kata
o Suku
kata menjadi huruf-huruf
Mengenai itu,
Momo (1987) mengemukakan beberapa cara, yaitu:
Tahap tanpa
Buku, dengan cara:
1) Merekam bahasa siswa.
2) Menampilkan gambarsambil bercerita.
3) Membaca gambar.
4) Membaca gambar dengan kartu kalimat.
5) Membaca kalimat secara struktural (S).
6) Proses analitik (A).
7) Proses sintetik (S).
o b. Tahap dengan Buku, dengan cara:
1) Membaca buku pelajaran.
2) Membaca majalah bergambar.
3) Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan
siswa.
4) Membaca buku yang disusun oleh siswa secara
berkelompok.
5) Membaca buku yang disusun oleh siswa secara
individual.
Metode ini
yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS
menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik
adalah:
1)
Metode ini menganut
prinsip ilmu bahasa umumbahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat.
2)
Metode ini
memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
3)
Metode ini menganut
prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan
metode SAS, yaitu:
1)
Kurang praktis.
2)
Membutuhkan banyak
waktu
3)
Membutuhkan alat
peraga
4.
Contoh atau
model pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus Kesastraan:
a)
Contoh
pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus Kesastraan:
Contoh kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia
berfokus sastra yang menggunakan prosa sebagai bahan, seperti mendengarkan
cerita, lalu bertanya jawab tentang prosa tersebut, menirukan tokoh-tokoh yang
ada dalam prosa tersebut atau melanjutkan ceritanya. Mendengarkan cerita,
misalnya tidak hanya mendengarkan cerita dari guru, tetapi dapat dilakukan
dengan mendengarkan cerita dari audio kaset atau anak-anak diminta untuk
mendengarkan cerita anak dari radio atau menonton cerita anak yang ada di
televisi. Dengan demikian, proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan
menyenangkan anak-anak.
Selanjutnya, puisi juga dapat digunakan sebagai
materi pembelajatran bahasa Indonesia, contohnya membaca nyaring atau
bersenandung, bermain kata, sajak berantai, memparafrase puisi atau menulis
drama dari puisi. Drama dapat juga dijadikan materi pembelajaran ,sebagai
contoh berpantomim, bermain boneka, berekspresi dengan topeng, bersosiodrama,
memprosakan drama,atau mempuisikan drama.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra
dapat disajikan dengan berbagai metode dan teknik pembelajaran, tapi perlu
diingat bahwa materi, metode, dan teknik harus selalu diperhatikan dan
disesuaikan dengan tingkat usia dan kebutuhan anak.
Menurut Huck (1989:6-10) pemilihan materi harus
sesuai dengan kebutuhan anak, yaitu sastra untuk anak-anak harus memiliki
nilai–nilai yang mencakup nilai yang bersifat personal. Artinya bahwa materi
sastra yang dipilih harus dapat:
a. Memberikan kenikmatan
b. Mengembangkan imajinasi
c. Memperkuat daya pikir
d. Memberi pengalaman mengalami
e. Mengembangkan kemampuan berperilaku
f. Menyajikan pengalaman yang menyeluruh
g. Sedangkan memiliki nilai-nilai pendidikan berarti
dapat :
h. Mengembangkan bahasa
i. Membantu belajar bahasa
j. Membantu belajar menulis
Selain materi harus disesuaikan dengan usia dan
kebutuhan anak, yang harus diingat juga adalah materi harus disesuaikan dengan
perkembangan anak. Artinya bahwa materi belajar tersebut dapat meningkatkan
perkembangan anak ke tingkat yang lebih tinggi.
b) Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Sastra (Kelas Tinggi)
Kompetensi Dasar :
Memparafrasekan puisi anak
Hasil Belajar
:
Membuat parafrase puisi dengan tetap mempertahankan makna puisi.
Indikator
:
(1) menjelaskan isi amanat/pesan yang terkandung dalam puisi, (2) mengubah
puisi ke dalam prosa sederhana dengan mempertahankan makna atau isi puisi.
Materi Pokok :
Puisi anak
Contoh pelaksanaan
pembelajaran:
1)
Kegiatan dilakukan dengan cara, guru membagikan lembaran yang berisi
puisi anak, kemudian guru membacakannya.
2)
Setelah itu anak-anak diminta untuk membaca puisi tersebut. Kegiatan ini
bertujuan agar anak dapat memahami puisi tersebut.
3)
Guru bertanya kepada siswa judul dari puisi yang telah dibaca tadi.
4)
Guru bertanya kepada siswa ,”apakah ada diantara kalian yang belum
mengerti arti kata-kata yang terdapat pada puisi itu?”
5)
Siswa mengajukan pertanyaan tentang arti kata yang belum dimengerti pada
puisi tersebut.
6)
Guru menjelaskan satu persatu arti kata yang belum dimengerti oleh
siswa.
7)
Guru bertanya,”apakah tidak ada pertanyaan lagi?”
8)
Setelah siswa memahami maksud dari puisi tersebut, guru bertanya kepada
siswa, ”apa isi amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi tersebut?”
9)
Setelah beberapa siswa menyampaikan pendapatnya tenttang isi
amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi tersebut.Kemudian guru
meluruskan kesalah pemahaman siswa, memberikan penguatan dan menyimpulkan
amanat yang terkandung dalam puisi tersebut.
10)
Kemudian Guru meminta siswa untuk membuat cerita dari puisi tersebut
dengan menggunakan kata-katanya sendiri dan ditulis di buku mereka
masing-masing.Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakannya.
11)
Guru meminta siswa untuk maju kedepan kelas secara bergiliran untuk
menceritakan kembali puisi tersebut.
12)
Setelah membacakan cerita dari puisi tersebut, guru meminta siswa untuk
mengumpulkan hasil pekerjaannya.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru. Guru dapat melaksanakan model
pembelajaran yang lain. Model pembelajaran tergantung pada kreativitas
dari guru.
5.
Berikut ini
dijelaskan tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah dan tinggi:
v
Tujuan pembelajaran
membaca di kelas rendah:
a.
Dari pendapat I Gusti
Ngurah Oka di atas dapat disimpulkan bahwa secara teoretis tujuan membaca di SD
kelas rendah adalah untuk membina kemampuan siswa dalam hal-hal berikut ini:
1.
Mekanisme membaca,
yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi Bahasa yang diwakilinya (yang
dilatih adalah membaca teknik dan nyaring).
2.
Membina gerak mata
membaca dari kiri ke kanan.
3.
Membaca kata-kata dan
kalimat-kalimat pendek.
b.
Menurut Tarigan H.G.
(1983) ada dua apek yang penting dalam membaca, yaitu:
1.
Keterampilan yang
bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan
yang elbih rendah (lower order) yang mencakup:
o pengenalan
bentuk huruf;
o pengenalan
unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat, dan
lain-lain);
o pengenalan
hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan
tertulisatau to bark at print);
o kecepatan
membaca bertaraf lambat.
2.
Keterampilan yang
bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat berada pada urutan yang
lebih tinggi (higher order) yang mencakup aspek:
o memahami
pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
o memahami
signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang
relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca);
o evaluasi
atau penilaian (isi, bentuk);
o kecepatan
membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Dari kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran membaca di SD kelas
rendah adalah:
1.
Membina kemampuan
mengasosiasikan huruf dengan bunyi (pengenalan bentuk huruf).
2.
Membina membaca
kata-kata dan kalimat sederhana (pengenalan unsur linguistik).
v
Tujuan pembelajaran
membaca di kelas tinggi:
Menurut
Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang
bersifat pemahaman (comprehension skills) yang mencakup aspek-aspek berikut
ini:
1.
Memahami pengertian
sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
2.
Memahami signifikansi
atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan
kebudayaan, reaksi pembaca).
3.
Evaluasi atau
penilaian (isi, bentuk).
4.
Kecepatan membaca
yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Selanjutnya
Tarigan menjelaskan bahwa membaca di kelas rendah masih bersifat mekanis
(mechanikal skills) maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring
(bersuara), sedangkaan untuk kelas tinggi ditekankan pada pemahaman
(comprehension skills) dan aktivitas yang tepat adalah membaca dalam hati.
Membaca dalam
hati (silent reading) dibagi menjadi dua, yaitu:
(a) membaca
ekstensif (extensive reading) dan (b) membaca intensif (intensive reading).
Membaca
ekstensif mencakup (1) membaca survei (survey reading), (2) membaca sekilas
(skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading). Membaca intensif
mencakup (1) membaca telaah isi (content study reading) yang terdiri dari (i)
membaca teliti (close reading), (ii) membaca pemahaman (comprehension reading),
(iii) membaca kritis (critical reading), dan (iv) membaca ide (reading for
ideas); (2) membaca telaah bahasa (language study reading) yang terdiri dari
(i) membaca bahasa asing (foreign language reading) dan (ii) membaca sastra
(literary reading).
Terimakasih…
No comments:
Post a Comment