Friday, November 13, 2020

TUGAS TUTORIAL 2 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD

 

SOAL

 

1.          Jelaskan syarat-syarat buku teks yang baik!

2.          Bagaimana pendapat Anda tentang kelemahan dan kelebihan buku teks pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas tinggi?

3.          Jelaskan metode-metode pembelajaran MMP!

4.          Jelaskan contoh atau model pembelajaran bahasa Indonesia dengan salah satu dari ketiga fokus di bawah ini:

a.     Kebahasaan

b.     Kemampuan Berbahasa

c.     Kesastraan

5.          Jelaskan tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah dan tinggi!

 

 

JAWABAN

 

1.        Dalam pembelajaran mata pelajaran apapun tidak dapat berjalan dengan lancer tanpa adanya buku teks, sebab pada hakikatnya fungsi buku teks adalah memperlancar proses belajar mengajar, tetapi hal ini tidak berarti bahwa guru harus menggantungkan diri sepenuhnya pada keberadaan buku teks. Seandainya belum ada/tidak ada buku teks, guru harus dapat mencari bahan pembelajaran itu di luar buku teks, bilamana perlu dia dapat Menyusun bukuteks sendiri untuk kepentingan pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang penyusunan buku teks. Adapun syarat-syarat/prinsip dasar penyusunan buku teks menurut W. F. Mackey (dalam Hanafi, 1981) adalah sebagai berikut:

a.          Seleksi

Dalam seleksi yang perlu dipertimbangkan adalah hal-hal berikut :

1.          Tujuan pengajaran bahasa. level bahasa yang diajarkan dan jumlah waktu    belajar.

2.          Tipe bahasa yang akan diajarkan yang meliputi dialek, register,style, dan    media.

3.          Jumlah materi yang akan disajikan

4.          Pilihan butir-butir yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata bahasa,    kosa kata dan makna kata.

5.          Kriteria yang dipakai melandasi pilihan.

 

b.          Gradasi Bahan Pelajaran

Gradasi bahan pelajaran mempersoalkan tataan yang di pandang paling baik  untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.

Gradasi ini tampak seperti berikut :

1.          Pengelompokan yang mencakup  (1)  pengelompokan yang berdasarkan sistem, yaitu pengelompokan fonetis, gramatikal, leksikal, dan  (2) pengelompokan bunti-bunyi bahasa menjadi kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat, kalimat menjadi konteks.

2.          Pengurutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan sistem di satu pihak dan berdasarkan struktur di pihak lain.

 

c.          Presentasi Bahan

Mengomunikasikan bahan ajar kepada siswa yakni :

1.          Penahapan bahan ajar baik jumlah maupun satuan-satanya.

2.          Pendemonstrasian bahan pelajaran yang mungkin secara lisan ataukah secara tertulis.

3.          Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri dari ragam-ragam prosedur, yaitu eksplanasi, translasi, otentik, atau peragaan ( dengan benda, gerak, atau situasi), gambar, dan konteks.

 

d.          Repetisi Bahan Ajar

Berhubungan dengan hal-hal yang patut dikerjakan guru dalam mengajar dan siswa dalam keterampilanya menyimak berbicara membaca dan menulis .

Menurut Tarigan (1986) dalam menyusun buku tek menggunakan dua patokan.

1.          Bersifat umum, yang berlaku bagi setiap buku teks, bersumber dari kurikulum.

2.          Bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja misalnya buku teks matematika, Biologi, dan bahasa Indonesia bersumber dari karakteristik setiap mata pelajaran.

Menurut Imam Machfuds dan Solchan (1995)

Menyusun naskah buku pelajaran memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :

1.          Ketentuan Umum

Pertama, naskah hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu (1)  bagian  awal naskah (halaman judul, kata pengantar, daftar tabel, atau daftar  lampira, (2) bagian  isi naskah, dan (3) bagian akhir naskah (daftar pustaka dan  jika ada lampiran, indeks).  Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah  diterbitkan. Asli artinya bahwa  uraian dan susunan kalimat dalam menyajikan  naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri.

2.          Ketentuan Khusus yaitu meliputi, (1) Keamanan nasional, (2) isi buku teks, (3) cara penyajian, (4) penggunaan bahasa,  dan (5) ilustrasi.

 

2.        Menurut saya, kelebihan dan kekurangan buku teks Bahasa Indonesia di kelas tinggi terletak pada variasi dari konten materi yang terdapat di dalamnya dimana sudah terdapat konten-konten yang tidak monoton pada konsep belajar membaca semata namun sudah ke ranah memahami dan lebih condong masuk ke dalam materi sastra. Kelemahan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi terletak pada kondisi siswa yang belum mampu menerima materi Bahasa Indonesia yang sudah terpadukan dengan konsep kesusastraan. Dengan kata lain siswa tersebut masih belum menguasai konsep belajar pada kelas rendah sehingga kesulitan memahami isi materi Bahasa Indonesia kelas tinggi.

Namun demikian jika dikaji dan dirincikan kelebihan dan kekurangan dari buku teks pada umumnya dapat disajikan sebagai berikut:

Adapun kelebihan buku teks antara lain sebagai berikut:

a.          Gaya bahasa yang mudah dimengerti

b.          Penampilan cover maupun isi buku menarik

c.          Kertas yang digunakan buku adalah kertas yang berkualitas baik.

d.          Isi buku mengandung hal yang bermanfaat bagi pembaca

e.          Terdapat gambar yang jelas untuk dilihat (bila ada)

Berikut adalah kekurangan buku teks antara lain sebagai berikut:

a.          Dibatasi Kurikulum disusun berdasarkan peraturan yang berlaku.

b.          Keterbatasan Penerbit Rerata buku umum dicetak hanya berkisar 3000an. Namun, buku teks dapat dicetak di atas 10.000 buku

c.          kurang cermatnya menggunakan kaidah penulisan kalimat. Terkadang, pada bab lain sudah benar tetapi pada lain bab kesalahan tersebut terjadi.

d.          Kesalahan pengetikan juga terdapat dalam buku teks ini. Tanda baca-tanda baca kecil sering terlupakan dalam penulisannya

 

3.        Metode pembelajaran MMP (Membaca, Menulis, Permulaan) yaitu, sebuah metode yang disajikan kepada siswa tingkat permulaan Sekolah Dasar. Tujuannya adalah membinakan dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi Bahasa yang diwakilinya, membina Gerakan mata membaca dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana. Adapun metode-metode yang digunakan bervariasi diantaranya adalah metode Eja, Bunyi, Suku Kata, Global, dan SAS (Struktur Analitik Sintetik).

Menurut (Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan sebagai berikut :

a.          Metode Eja

Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

Misalnya :

b, a → ba (dibaca be. a → ba )

d, u → du ( dibaca de, u → du )

ba-du dilafalkan Badu

b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )

k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’

Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata ”badu” tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti: ba - du → badu.

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.

Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.

b.          Metode suku kata dan metode kata

Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :

ba – bi                cu – ci             da – da                           ka – ki

ba – bu               ca – ci             du – da                        ku – ku

bi – bi                ci – ca             da – du                        ka – ku

ba – ca               ka – ca             du – ka                        ku – da

 

Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.

Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.

c.          Metode Global

Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.

Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.

o  Memperkenalkan gambar dan kalimat

o  Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata.

Contoh: Kata menjadi huruf-huruf

Ini mama

in i                ma m a

i-ni                ma- ma

i–n–i          m-a – m-a

d.          Metode Structural Analisis Sintesis (SAS)

Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.

Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi:

o  Kalimat menjadi kata-kata

o  Kata menjadi suku-suku kata

o  Suku kata menjadi huruf-huruf

Mengenai itu, Momo (1987) mengemukakan beberapa cara, yaitu:

Tahap tanpa Buku, dengan cara:

1)    Merekam bahasa siswa.

2)    Menampilkan gambarsambil bercerita.

3)    Membaca gambar.

4)    Membaca gambar dengan kartu kalimat.

5)    Membaca kalimat secara struktural (S).

6)    Proses analitik (A).

7)    Proses sintetik (S).

o  b.   Tahap dengan Buku, dengan cara:

1)   Membaca buku pelajaran.

2)   Membaca majalah bergambar.

3)   Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa.

4)   Membaca buku yang disusun oleh siswa secara berkelompok.

5)   Membaca buku yang disusun oleh siswa secara individual.

Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:

1)      Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umumbahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat.

2)      Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.

3)      Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.

Kelemahan metode SAS, yaitu:

1)      Kurang praktis.

2)      Membutuhkan banyak waktu

3)      Membutuhkan alat peraga

4.        Contoh atau model pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus Kesastraan:

a)          Contoh pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus Kesastraan:

Contoh kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berfokus sastra yang menggunakan prosa sebagai bahan, seperti mendengarkan cerita, lalu bertanya jawab tentang prosa tersebut, menirukan tokoh-tokoh yang ada dalam prosa tersebut atau melanjutkan ceritanya. Mendengarkan cerita, misalnya tidak hanya mendengarkan cerita dari guru, tetapi dapat dilakukan dengan mendengarkan cerita dari audio kaset atau anak-anak diminta untuk mendengarkan cerita anak dari radio atau menonton cerita anak yang ada di televisi. Dengan demikian, proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan anak-anak.

Selanjutnya, puisi juga dapat digunakan sebagai materi pembelajatran bahasa Indonesia, contohnya membaca nyaring atau bersenandung, bermain kata, sajak berantai, memparafrase puisi atau menulis drama dari puisi. Drama dapat juga dijadikan materi pembelajaran ,sebagai contoh berpantomim, bermain boneka, berekspresi dengan topeng, bersosiodrama, memprosakan drama,atau mempuisikan drama.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra dapat disajikan dengan berbagai metode dan teknik pembelajaran, tapi perlu diingat bahwa materi, metode, dan teknik harus selalu diperhatikan dan disesuaikan dengan tingkat usia dan kebutuhan anak.

Menurut Huck (1989:6-10) pemilihan materi harus sesuai dengan kebutuhan anak, yaitu sastra untuk anak-anak harus memiliki nilai–nilai yang mencakup nilai yang bersifat personal. Artinya bahwa materi sastra yang dipilih harus dapat:

a.     Memberikan kenikmatan

b.     Mengembangkan imajinasi

c.     Memperkuat daya pikir

d.     Memberi pengalaman mengalami

e.     Mengembangkan kemampuan berperilaku

f.      Menyajikan pengalaman yang menyeluruh

g.     Sedangkan memiliki nilai-nilai pendidikan berarti dapat :

h.     Mengembangkan bahasa

i.       Membantu belajar bahasa

j.       Membantu belajar menulis

Selain materi harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, yang harus diingat juga adalah materi harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Artinya bahwa materi belajar tersebut dapat meningkatkan perkembangan anak ke tingkat yang lebih tinggi.

 

b)       Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Sastra (Kelas Tinggi)

Kompetensi Dasar : Memparafrasekan puisi anak

Hasil Belajar           : Membuat parafrase puisi dengan tetap mempertahankan makna puisi.

Indikator                    : (1) menjelaskan isi amanat/pesan yang terkandung dalam puisi, (2) mengubah puisi ke dalam prosa sederhana dengan mempertahankan makna atau isi puisi.

Materi Pokok        : Puisi anak

 

Contoh pelaksanaan pembelajaran:

1)         Kegiatan dilakukan dengan cara, guru membagikan lembaran yang berisi puisi anak, kemudian guru membacakannya.

2)         Setelah itu anak-anak diminta untuk membaca puisi tersebut. Kegiatan ini bertujuan agar anak dapat memahami puisi tersebut.

3)         Guru bertanya kepada siswa judul dari puisi yang telah dibaca tadi.

4)         Guru bertanya kepada siswa ,”apakah ada diantara kalian yang belum mengerti arti kata-kata yang terdapat pada puisi itu?”

5)         Siswa mengajukan pertanyaan tentang arti kata yang belum dimengerti pada puisi tersebut.

6)         Guru menjelaskan satu persatu arti kata yang belum dimengerti oleh siswa.

7)         Guru bertanya,”apakah tidak ada pertanyaan lagi?”

8)         Setelah siswa memahami maksud dari puisi tersebut, guru bertanya kepada siswa, ”apa  isi amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi tersebut?”

9)         Setelah beberapa siswa menyampaikan pendapatnya tenttang  isi amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi tersebut.Kemudian guru meluruskan  kesalah pemahaman siswa, memberikan penguatan dan menyimpulkan amanat yang terkandung dalam  puisi tersebut.

10)      Kemudian Guru meminta siswa untuk membuat cerita dari puisi tersebut dengan   menggunakan kata-katanya sendiri dan ditulis di buku mereka masing-masing.Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakannya.

11)      Guru meminta siswa untuk maju kedepan kelas secara bergiliran untuk menceritakan kembali puisi tersebut.

12)      Setelah membacakan cerita dari puisi tersebut, guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru. Guru dapat melaksanakan model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran tergantung pada kreativitas  dari guru.

 

5.        Berikut ini dijelaskan tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah dan tinggi:

v   Tujuan pembelajaran membaca di kelas rendah:

a.          Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka di atas dapat disimpulkan bahwa secara teoretis tujuan membaca di SD kelas rendah adalah untuk membina kemampuan siswa dalam hal-hal berikut ini:

1.          Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi Bahasa yang diwakilinya (yang dilatih adalah membaca teknik dan nyaring).

2.          Membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan.

3.          Membaca kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.

b.          Menurut Tarigan H.G. (1983) ada dua apek yang penting dalam membaca, yaitu:

1.          Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang elbih rendah (lower order) yang mencakup:

o      pengenalan bentuk huruf;

o      pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat, dan lain-lain);

o      pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulisatau to bark at print);

o      kecepatan membaca bertaraf lambat.

2.          Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order) yang mencakup aspek:

o      memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);

o      memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca);

o      evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);

o      kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran membaca di SD kelas rendah adalah:

1.          Membina kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi (pengenalan bentuk huruf).

2.          Membina membaca kata-kata dan kalimat sederhana (pengenalan unsur linguistik).

v   Tujuan pembelajaran membaca di kelas tinggi:

Menurut Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang mencakup aspek-aspek berikut ini:

1.          Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

2.          Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).

3.          Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).

4.          Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Selanjutnya Tarigan menjelaskan bahwa membaca di kelas rendah masih bersifat mekanis (mechanikal skills) maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring (bersuara), sedangkaan untuk kelas tinggi ditekankan pada pemahaman (comprehension skills) dan aktivitas yang tepat adalah membaca dalam hati.

Membaca dalam hati (silent reading) dibagi menjadi dua, yaitu:

(a) membaca ekstensif (extensive reading) dan (b) membaca intensif (intensive reading).

Membaca ekstensif mencakup (1) membaca survei (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading). Membaca intensif mencakup (1) membaca telaah isi (content study reading) yang terdiri dari (i) membaca teliti (close reading), (ii) membaca pemahaman (comprehension reading), (iii) membaca kritis (critical reading), dan (iv) membaca ide (reading for ideas); (2) membaca telaah bahasa (language study reading) yang terdiri dari (i) membaca bahasa asing (foreign language reading) dan (ii) membaca sastra (literary reading).

 

 

 

 

 

Terimakasih…

No comments:

Post a Comment