Monday, July 30, 2018

Sebanyak 226 Pendaki Rinjani Belum Dievakuasi Pascagempa NTB



Lombok Timur - Hingga Minggu (29/7) malam, sebanyak 554 pendaki gunung Rinjani dievakuasi pasca bencana gempa bumi 6,4 skala richter (SR) yang mengguncang Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut salah satu petugas jaga Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGB), Rudi, masih ada 266 pendaki yang tercatat secara resmi masih belum berhasil dievakuasi dari gunung setinggi 3.276 meter itu.

Menurut Rudi, jumlah pendaki yang terdaftar sejak pendakian tanggal 27 hingga 28 Juli sebanyak 820 orang yang terbagi menjadi 617 wisata mancanegara dan 203 wisata lokal.

"Itu jumlahnya yang resmi tedaftar 820, sudah sama porter dan guide. Mereka terjebak, paling banyak orang asing. Tapi bisa jadi jumlah itu bertambah karena ada juga yang dari jalur lain," kata Rudi kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/7).

Menurut Rudi, tim evakuasi gabungan yang berasal dari TNGB, Basarnas, BPBD, Brimob dan TNI sudah kembali mendaki untuk melakukan evakuasi pada pukul 07.00 WIB pagi ini. Ada beberapa titik lokasi yang menurutnya menjadi konsentrasi pendaki yang terjebak, diantaranya Sembalun, Batu Ceper dan Danau Segara Anak.

Rudi mengakui jika evakuasi jalur darat agak sulit dilakukan karena terhalang longsor batu dari tebing yang menutup akses jalan. Selain itu, masih banyak porter atau guide yang sebetulnya menguasai wilayah Rinjani masih enggak untuk ikut membantu evakuasi karena trauma dan mengurus keluarganya yang terkena musibah gempa.

"Banyak porter yang trauma, padahal mereka yang paling tahu gunung Rinjani," kata Rudi.
Sejauh ini, kata Rudi, pendaki yang sudah berhasil turun masih ditangani di puskesmas Simbalun. Beberapa masih ada yang dirawat inap.

"Belum ada yang pulang, karena ada yang trauma juga," kata Rudi.

Sejak gempa pertama berkekuatan 6,4 SR mengguncang Lombok Timur Minggu (29/7), BMKG mencatat sudah terjadi sebanyak 228 kali gempa susulan hingga hari ini. Adapun jumlah korban meninggal dunia sudah mencapai 17 orang.

Sunday, July 29, 2018

Timnas Indonesia U-16 Menang 8-0 Atas Filipina


Timnas Indonesia U-16 berhasil membukukan kemenangan telak 8-0 atas Filipina di ajang Piala AFF U-16 yang berlangsung di Stadion Gelora delta Sidoarjo, Minggu (29/7).

Pada babak pertama, Timnas Indonesia U-16 langsung menunjukkan dominasi mereka atas Filipina. Lewat formasi 4-3-3, Indonesia merepotkan pertahanan Filipina lewat kombinasi umpan terobosan dan umpan silang yang memanfaatkan serangan dari sayap.

Gol pertama Indonesia dihasilkan oleh Mochammad Supriadi. Supriadi menceploskan bola ke gawang yang kosong setelah menerima umpan silang mendatar dari Bagas Kaffa di menit kedua.


Setelah gol cepat, Indonesia terus menggempur pertahanan Filipina. Dua gol berikutnya di babak pertama lahir dari skema sepak pojok.

Gol kedua Indonesia dibukukan oleh bek tengah Komang Teguh sedangkan gol ketiga Indonesia dihasilkan lewat tandukan kepala Fajar Fathur Rohman.

Unggul tiga gol di babak pertama, Timnas Indonesia tak menurunkan tensi permainan di babak kedua. Gol keempat Indonesia kembali lahir lewat tandukan kepala pada menit ke-44. Kali ini Sutan Diego Zico sukses menyundul bola hasil umpan David Maulana. Bola yang mengarah ke tiang jauh berhasil dibaca dengan baik oleh Zico yang langsung menyundul bola masuk ke dalam gawang.

Di menit ke-56, Rendy Juliansyah yang baru masuk di babak kedua berhasil mencatatkan namanya di papan skor. Penetrasi Mochamad Supriadi di sisi kanan pertahanan Filipina diakhiri umpan matang ke arah Rendy. Rendy lalu dengan mudah menceploskan bola masuk ke dalam gawang.

Enam menit berselang, Rendy sukses menerobos pertahanan Filipina namun sehingga ia terpaksa harus dijatuhkan. Timnas Indonesia pun mendapatkan penalti.

David Maulana yang bertindak sebagai eksekutor sukses menjalankan tugasnya dengan baik di menit ke-64. Tendangan kaki kirinya mampu membuat kiper Franc John Barrera bergerak ke arah yang salah.

Pesta gol untuk Timnas Indonesia terus berlanjut di menit ke-67. Bermula dari skema serangan balik, Rendy lepas dari penjagaan lini belakang Filipina. Rendy langsung mengirim umpan ke depan gawang tempat Bagus Kahfi berada. Bagus dengan dingin menaklukkan kiper Filipina lewat tendangan mendatar.

Bagus kembali mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-73 untuk membuat Indonesia unggul 8-0. Gol Bagus ini berasal dari umpan Bagas Kaffa. Skor 8-0 bertahan hingga akhir pertandingan. Timnas Indonesia pun berhak atas tiga poin dari laga ini.

Selanjutnya, Indonesia akan menghadapi Myanmar pada 31 Juli mendatang.
(ptr)

Seorang Pendaki Tewas Tertimbun Longsor Gunung Rinjani


Lombok Timur - Seorang pendaki Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilaporkan tewas setelah tertimpa material longsor ketika terjadi gempa bumi berkekuatan 6,4 pada Skala Richter (SR) pada Minggu pukul 06.46 WITA.

"Kami mendapat informasi dari petugas yang berada di atas gunung ada satu orang pendaki meninggal dunia. Namun identitasnya masih belum diterima karena kendala keterbatasan telekomunikasi," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Sudiyono, yang dihubungi Antara di Mataram, Minggu.

Informasi sementara yang diperoleh, kata dia, jenazah masih di atas gunung antara Danau Segara Anak dan Pelawangan, Sembalun.

Petugas masih belum bisa mengevakuasi jenazah karena jalur pendakian tertutup material longsor.


"Seorang petugas BTNGR masih berada di atas gunung. Telepon genggamnya sementara dimatikan karena khawatir kehabisan baterai," ujarnya.

Ia menyebutkan jumlah pendaki yang berada di atas gunung pada saat terjadinya gempa bumi sebanyak 826 orang, baik wisawatan asing maupun nusantara. Sebagian besar melakukan pendakian sejak Jumat (27/7).

Laporan sementara dari BTNGR Resor Senaru sebanyak 115 orang wisatawan asing sudah turun dan tiba di Senaru, Kabupaten Lombok Utara. Sementara data dari BTNGR Resor Sembalun, sebanyak 150 orang wisatawan asing dan nusantara.

Sudiyono mengaku belum bisa memastikan berapa jumlah pendaki yang masih terjebak di atas gunung. Namun diperkirakan jumlahnya lebih dari 400 orang.

"Petugas yang di atas gunung masih mengawal para pendaki yang tidak bisa turun. Semuanya diarahkan untuk tetap tenang dan berada di tempat yang aman dari longsor sampai bantuan tiba," ujarnya.

Pihaknya saat ini sedang berkoordinasi dengan Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram, dan personel Brimob Polda NTB terkait upaya evakuasi ratusan pendaki yang masih berada di atas gunung.

Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada Skala Richter (SR) mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, NTB, Minggu, pukul 06.47 WITA, namun tidak berpotensi tsunami.

Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan pusat gempa bumi tersebut pada koordinat 8,4 lintang selatan, dan 116,55 bujur timur.

Lokasi gempa terjadi di darat pada jarak 47 KM arah Timur kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB, pada kedalaman 24 KM.

Korban Tewas Gempa Lombok Bertambah Jadi 14 Orang


Lombok Timur - Korban tewas akibat gempa berkekuatan 6,4 skala richter di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu (29/7) pagi bertambah menjadi 14 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dampak terparah dari gempa terjadi di Kabupaten Lombok Timur.

"Selain korban jiwa, ada 162 korban luka-luka dan kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit baik rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan," ujar Sutopo seperti dikutip dari Antara.

Dari data BNPB, 10 orang yang tewas berasal dari Kabupaten Lombok Timur yakni Ina Marah (60), Ina Rumenah (58), Aditatul Aini (27), Herniwati (30), Ina Hikmah (60), Fatin (80), Egi (17), Wisnu (8), termasuk warga negara Malaysia Isma Wida (30). 


Sementara empat korban tewas sisanya di Kabupaten Lombok Utara yakni Juniarto (8), Rusdin (34), Sandi (20), dan Nutranep (13).

Sementara sejumlah korban yang mengalami luka-luka di antaranya dirawat di Puskesmas Senaru, Postu Sambikelen, RSUD Tanjung, dan Puskesmas Anyar.

Terkait kerusakan rumah, lanjut Sutopo, dari data sementara terdapat 41 unit rusak berat, 74 unit rusak sedang, dan 148 unit rusak ringan dengan 6.237 keluarga terdampak gempa.

"Beberapa laporan kerusakan rumah juga terdapat di Kabupaten Lombok Barat, Sumbawa Barat, dan Kota Mataram. Pendataanm masih dilakukan oleh BPBD," katanya.

Sutopo mengatakan kebutuhan mendesak saat ini adalah tenaga medis, tandu, peralatan kesehatan, dan makanan siap saji. Sejumlah bantuan seperti air mineral, lauk pauk, makanan tambahan gizi, hingga tenda pengungsi, kata dia, juga telah disalurkan melalui BPBD.

Meski demikian, ia memastikan fasilitas seperti komunikasi, jalan, dan listrik hingga saat ini masih berjalan baik.

"Mobilisasi peralatan dan logistik terus dilakukan. BNPB terus mendampingi BPBD dan mengirim bantuan yang diperlukan," ucap Sutopo.

Titik gempa yang terjadi di Lombok, NTB, pagi ini diketahui berada di 8.26 LS, 116.55 BT, kedalaman 10 kilometer. Gempa yang tercatat pukul 05.47 WIB itu disebutkan tak berpotensi tsunami.

Saturday, July 14, 2018

Lalu Muhammad Zohri | Juara yang Tak Dirindukan


‘Start di Line 8, Finish Nomor Satu’.

Begitu capture yang ditulis oleh si pengunggah video. Awalnya aku agak malas mengklik video tersebut karena mood lagi buruk setelah mengetahui Timnas Indonesia U-19 kalah adu pinalti melawan Malaysia, di Semifinal AFF U-19. 

“Ah, selalu Malaysia jadi mimpi buruk Timnas Garuda!” Aku menggerutu. “Di Final Piala AFF 2010 kalah sama Malaysia. Sea Games 2011, kalah lagi sama Malaysia.”

Tapi karena rasa penasaran, akhirnya ku-klik juga video tersebut.

Ternyata video itu menayangkan hasil dari Kejuaraan Dunia Lari 100 meter  U-20, di Finlandia. Yang menarik, satu dari delapan peserta lomba, berasal dari Indonesia. Pemuda itu mengenakan kostum lari warna putih dan celana merah. Di dadanya tertulis; M. Zohri.

M. Zohri berada di line nomor 8. Paling ujung, sebelah kanan. Setahuku, dalam olahraga sprint, line 8 bukanlah line favorit juara. Bisa dibilang, itu adalah lintasan bagi peserta non-unggulan. Sisi tengah-lah yang menjadi lintasan peserta favorit juara. Usain Bolt, pelari tercepat dari Jamaika, selalu ditempatkan di line tengah saat berlomba. 

Apa keuntungannya?

Peserta yang berada di lintasan tengah, akan bisa melirik lawan kanan-kirinya. Jadi dia bisa mengukur seberapa cepat lawan berlari. Pun, bidikan kamera, biasanya akan tertuju pada pelari di lintasan tengah. Peserta favorit gitu, loh. Dan di perlombaan yang diikuti M. Zohri itu, lintasan tengah diisi oleh duo sprinter asal Amerika Serikat; Anthony Schwartz dan Eric Harrison. Dua pelari inilah unggulannya.

Maka, ketika letusan pistol berbunyi tanda lomba dimulai, tak ada yang menyangka bahwa M. Zohri, melesat di sisi paling kanan lintasan. Berlari sejajar dengan peserta unggulan. Bahkan dua komentator baru menyebut nama M. Zohri saat seluruh peserta hampir menyentuh garis finish. 

Hingga ... Saat garis finish berhasil dilewati para sprinter dengan waktu hampir bersamaan, kudengar salah satu komentator berucap dengan nada ragu,

“I think Zohri take the first place.”  

Seluruh peserta menatap layar di sisi stadion, menanti pengumuman. Nafas mereka tersengal. Satu-dua terlihat memegangi lutut. 

Sampai, sekitar sepuluh detik kemudian, layar pengumuman menempatkan nama M. Zohri  di urutan teratas. Seketika M. Zohri berlari dengan senyum merekah. Sampai  pada satu titik, di tengah lintasan itu dia bersujud syukur. Kamera wartawan mengabadikan momen saat Zohri meletakkan kening di tanah. Selebrasi yang sangat jarang terlihat di kejuaraan atletik.

“Oh, surprise! Zohri  is the new world champions.” Komentator laki-laki berteriak semangat.

Komentator satu lagi, perempuan, menimpali tak kalah semangat, “Incredible! Him start in line eight.”

Kamera lalu berganti menyuting Anthony Schwartz dan Eric Harrison. Nampak jelas dari mimik wajah duo pelari asal Negeri Paman Sam, bahwa mereka tak percaya hal ini terjadi. Pelari unggulan dikalahkan oleh pelari di lintasan paling ujung. Mereka geleng-geleng kepala. Seperti mimpi saja, tak menyangka mereka hanya mampu menempati juara kedua dan ketiga saja. 

Setelah itu, di layar handphone, kulihat Anthony Schwartz dan Eric Harrison berlari di sisi lapangan dan mengambil bendera Amerika Serikat yang diberikan oleh crew, masing-masing satu. Kemudian mereka berfoto dengan membentangkan bendera tersebut. Sedangkan sang juara, M. Zohri, berlari ke arah penonton, sendirian, dia terlihat kebingungan berlari di sisi --yang nanti aku tahu bahwa ternyata dia bingung mencari bendera merah putih untuk dibentangkan di punggungnya--. Tak ada yang memberinya sang saka merah putih. Sampai saat wartawan memanggilnya untuk berfoto bersama juara kedua dan ketiga, M. Zohri tak memegang bendera tanah airnya. Pemuda hitam manis itu akhirnya berfoto di tengah. Tanpa bendera. Diapit oleh dua pelari yang membentangkan bendera Amerika Serikat.

Entah, mengapa tak ada bendera Indonesia yang disiapkan panitia untuk selebrasi kemenangan M. Zohri? Tapi besar kemungkinan, panitia tidak menduga bahwa kejuaraan ini akan dimenangkan oleh pelari asal Indonesia. 

Aku menatap layar handphone sambil tersenyum.

“Mirip seperti yang dialami Rio Haryanto,” aku bergumam.

 Ya, hal serupa pernah dialami Rio Haryanto. Mantan pembalap F1 asal Solo itu pernah berkisah: Dulu, saat race GP3 seri kedua di Turki tahun 2010, secara mengejutkan Rio Haryanto menjadi juara. Sebagaimana adat perayaan juara, panitia akan mengibarkan bendera negara dan memutar lagu kebangsaan asal pembalap yang finish di posisi pertama.

 Anehnya, saat Rio Haryanto sudah naik podium, bendera Indonesia belum terpasang. Lagu Indonesia pun tak berkumandang. Lama sekali Rio menunggu prosesi perayaan kemenangannya.

 Usut punya usut, ternyata panitia lomba tidak menyiapkan bendera Indonesia, juga tidak punya file lagu Indonesia Raya. Mereka tidak mengira ada pembalap Indonesia yang akan menjuarai balapan. Akhirnya, setelah lama dalam kebingungan, panitia terpaksa meminjam bendera pembalap asal Polandia (Putih-Merah), lalu membaliknya menjadi bendera Indonesia (Merah-Putih). Sedangkan untuk urusan lagu kebangsaan, panitia langsung download lagu Indonesia Raya lewat Youtube saat itu juga. 

Beginilah rasanya jadi ‘Juara yang Tak Dirindukan’.

Kembali kutatap layar. Setelah beberapa lama, akhirnya M. Zohri mendapatkan sang saka merah putih. Entah dari mana. Lalu dengan wajah penuh kebahagiaan, M. Zohri berlari kembali menuju tengah lintasan dan mengangkat tinggi-tinggi bendera tersebut. Tak ada tepuk tangan meriah yang ia terima dari penonton. Tapi pemuda 18 tahun asal Lombok, NTB, itu nampak tak peduli. Terus berlari mengelilingi stadion Tampere, Finlandia, sambil mengibarkan Merah Putih. 

“Ah, jadi penasaran sama pahlawan satu ini.”

Segera kubuka Google, memasukkan kata ‘M. Zohri Pelari’ di kolom search. Klik. 

Aku tak bisa menahan rasa haru kala mendapati bahwa M. Zohri adalah anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat ia masih SD, dan Ayahnya meninggal dunia setahun lalu, persis ketika ia sedang melakukan pemusatan latihan untuk menghadapai salah satu kejuaraan. Dengan berat hati, M. Zohri izin mengundurkan diri dari kejuaraan demi melihat jasad sang Ayah untuk terakhir kali.

Dan seketika aku terhenyak melihat tempat tinggal M. Zohri di Lombok. Hunian itu lebih pantas dikatakan gubuk daripada rumah. Lantainya hanya tanah, sedangkan dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Nampak dinding itu berlubang di sana-sini. Bahkan di beberapa sisi dinding ditutup pakai koran bekas. Atapnya banyak yang bolong. Aku tak bisa membayangkan bagaimana bila hujan lebat menghantam rumah tersebut? Kita juga akan miris melihat tempat tidurnya. Cuma dipan beralaskan tikar, tanpa kasur empuk. Kalau ada barang yang dianggap mewah, mungkin hanya lemari tak berpintu yang teronggok di sisi rumah. Berisi beberapa pakaian milik M. Zohri. Benar-benar memprihatinkan. 

Di sana, di stadion Tampere, Finlandia, M. Zohri berlari dengan wajah kebingungan, mencari bendera merah putih untuk ia kibarkan tinggi-tinggi. Membuktikan pada dunia, bahwa negara ini ada. Negara ini layak diperhitungkan.

Sedangkan kami di sini, terpisah sepuluh ribu kilometer jarak darinya, belum juga berhenti saling sikut, saling olok, lantaran berbeda pandangan politik.

Di sana, dengan usia yang masih belia, 18 tahun, M. Zohri telah mampu mengharumkan nama bangsa. Benar-benar mengharumkan nama bangsa dalam makna sebenarnya.

 Sedangkan kami di sini, yang lahir jauh lebih awal darinya, masih sibuk mainan tik-tok, bergaya aneh sambil diiringi lagu, “Emang lagi manjah, lagi pengen dimanjah, pengen berduaan dengan dirimu sajaaa... Emang lagi syantik, tapi bukan sok syantik. Syantik-Syantik gini hanya untuk dirimuuuu...!!!